Menanamkan Akhlak Mulia Sejak Dini
Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Zaen
Menanamkan Akhlak Mulia Sejak Dini ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Pendidikan Anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 18 Safar 1445 H / 4 September 2023 M.
Kajian Tentang Menanamkan Akhlak Mulia Sejak Dini
Agar anak tumbuh dengan baik, perilakunya, tutur katanya, dan sikap-sikapnya, maka harus dibiasakan. Orang Indonesia mengatakan, “Alah bisa karena biasa.” Namun, dalam menjalankan proses pembiasaan ini, kita juga harus menggunakan cara yang benar. Sesuatu yang mulia perlu diwujudkan dengan cara yang mulia pula. Akhlak mulia harus dibiasakan kepada anak dengan kelembutan, bukan dengan kekasaran.
Ketika kita membahas akhlak mulia, ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu lahir dan batin. Akhlak yang bersifat lahiriyah (terlihat), seperti tutur kata, cara bicara, perilaku, dan raut muka. Yang kedua adalah akhlak yang bersifat batiniyah (tidak terlihat), yaitu sifat-sifat dalam hati, seperti sabar, dermawan, ikhlas, dan kebersihan hati dari iri dan dengki kepada orang lain, ketergantungan kepada Allah semata, ini semua juga akhlak.
Kedua akhlak ini penting. Bahkan sesuatu yang bersifat lahiriyah biasanya dibangun diatas batiniyah. Sesuatu yang terlihat dibangung diatas sesuatu yang tidak terlihat. Ini mirip dengan pondasi sebuah bangunan. Pondasi itu adanya di dalam tanah dan tidak terlihat, namun sangat penting. Sebuah bangunan yang kuat membutuhkan pondasi yang kokoh. Demikian pula dengan akhlak, jangan pernah meremehkan akhlak yang bersifat batiniyah, meskipun tidak terlihat oleh mata.
Seorang anak akan suka berbagi kalau dia mempunyai sifat dermawan yang ada di dalam hati. Orang akan bertutur kata yang lembut, halus dan tidak menyakiti orang lain kalau hatinya bersih dari iri dan dengki.
Makanya orang Arab berkata:
كل إناء بما فيه ينضح
“Setiap poci/botol akan menuangkan apa yang ada di dalamnya.”
Ketika hati bersih, maka yang keluar adalah yang bersih-bersih. Tapi kalau hati kotor, maka yang muncul adalah yang kotor-kotor. Berarti kata-kata yang kotor berawal dari hati yang kotor. Adapun kata-kata lembut yang keluar, ini berawal dari hati yang lembut.
Maka kalau kita perhatikan, ketika Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menanamkan akhlak mulia kepada anak-anak, kita akan perhatikan bahwa beliau menanamkan akhlak dari dua sisi ini.
Menanamkan Akhlak Batiniyah
Di antara contoh penanaman akhlak batiniyah, adalah hadits:
«يَا غُلاَمُ … إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ»
“Nak… Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Bila engkau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah. Ketahuilah bila seluruh manusia bersatu padu untuk memberimu suatu manfaat, maka mereka tidak akan mampu memberikannya, kecuali bila telah ditakdirkan Allah. Sebaliknya bila mereka semua bersatu padu untuk mencelakaimu, maka mereka tidak akan mampu melakukannya, kecuali bila telah ditakdirkan Allah. Pena takdir telah diangkat dan kitab takdir telah selesai dituliskan”. (HR. Tirmidziy dan beliau mengatakan hadits ini hasan sahih.)
Menanamkan Akhlak Lahiriyah
Adapun contoh penanaman akhlak lahiriyah, adalah hadits:
«يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ»
“Nak, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan ambillah makanan yang terdekat denganmu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Cara menanamkan akhlak mulia kepada anak
Penanaman akhlak, baik lahiriyah maupun batiniyah, harus dilakukan dengan baik dan lemah lembut. Cara penyampaian harus mudah dipahami oleh anak-anak. Terkadang, anak-anak bisa bingung jika nasihat diberikan dengan bahasa yang terlalu tinggi atau filosofis.
Gunakan juga nada yang tidak teriak-teriak. Sebagian orang tua terlalu semangat dalam menegur anak-anaknya, bahkan bisa sampai marah, ditarik dengan kasar, bahkan malah dipukul. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah mengajarkan seperti itu.
Jadi untuk menanamkan akhlak mulia itu harus dengan cara yang mulia. Bukan dengan marah-marah, intonasi tinggi, melotot, bentakan, dan bukan dengan mempermalukan anak di depan umum.
Hal ini sangat penting, karena itulah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika memberikan contoh, beliau bukan hanya memberikan isinya saja, tetapi juga cara menyampaikan pesan tersebut.
Dan yang lebih penting daripada cara menanamkan akhlak mulia adalah suri tauladan. Tentu yang pertama adalah suri tauladan dari orang tua, sebelum guru di sekolah. Maka dalam menanamkan akhlak mulia ini, faktor suri tauladan dari orang tua sangat penting sekali. Karena anak adalah pencontoh ulung. Bahkan terkadang yang lebih terekam di dalam benak anak itu bukan omongan orang tua, tapi prilaku orang tua.
Maka kalau orang tua memberikan contoh yang tidak baik, walaupun omongannya baik, dikhawatirkan yang akan tertanam adalah prilaku yang tidak baik itu.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53282-menanamkan-akhlak-mulia-sejak-dini/